Pramono Soroti Jalur Evakuasi Terra Drone: Standar Keselamatan Gedung Wajib Dipenuhi

Table of Contents

Pramono Soroti Jalur Evakuasi di Gedung Terra Drone, Harusnya Bagaimana?


VGI.CO.ID - Musibah kebakaran hebat melanda gedung Terra Drone yang berlokasi di Cempaka Baru, Kemayoran, Jakarta Pusat, meninggalkan duka mendalam dengan menewaskan 22 orang. Insiden tragis ini segera menarik perhatian Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung, yang menyoroti secara tajam minimnya fasilitas jalur evakuasi di gedung tersebut.

Pramono Anung secara tegas menyatakan bahwa gedung Terra Drone tidak memiliki kesiapan evakuasi yang memadai, kondisi ini disinyalir memperparah dampak dari kebakaran. Menurutnya, setiap bangunan bertingkat wajib untuk menyediakan jalur evakuasi yang jelas, sistem pemadam internal yang berfungsi optimal, serta manajemen keselamatan yang terintegrasi.

“Hal yang berkaitan dengan keselamatan menjadi hal yang penting,” ujar Pramono saat berada di lokasi kebakaran di Jakarta Pusat, Selasa (9/12/2025). Ia menambahkan, “Ini menunjukkan lantai enam tetapi tidak dipersiapkan untuk evakuasi dan sebagainya,” yang mengindikasikan kelalaian serius dalam perencanaan keselamatan.

Menanggapi kejadian ini, muncul pertanyaan krusial mengenai bagaimana seharusnya jalur evakuasi gedung dirancang dan dipersiapkan untuk mengantisipasi kebakaran di masa mendatang. Para ahli konstruksi dan arsitektur memberikan pandangannya untuk mencegah terulangnya tragedi serupa.

Pentingnya Desain Evakuasi Aktif dan Pasif

Ketua Umum IAI Jakarta, Teguh Aryanto, menjelaskan bahwa arsitek perencana memiliki peran vital dalam membuat desain aktif dan pasif pada rancangannya. Kedua jenis desain ini sangat penting untuk secara komprehensif mengantisipasi risiko kebakaran dan meminimalkan jumlah korban jiwa yang mungkin timbul.

Desain aktif mencakup penyediaan koridor evakuasi yang memadai, tangga kebakaran dengan lebar yang cukup dan letak yang mudah dijangkau oleh seluruh penghuni. Selain itu, area parkir mobil pemadam yang strategis, papan-papan informasi evakuasi yang jelas, hingga area evakuasi sementara seperti refugee floor atau smoke lobby menjadi komponen krusial.

Teguh Aryanto menekankan bahwa jalur evakuasi harus selalu bebas dari halangan dan tidak boleh terkunci dalam kondisi apapun, untuk memastikan aksesibilitas darurat. Lebar ideal untuk koridor evakuasi yang aman adalah 1,8 meter, memungkinkan pergerakan yang lancar bagi banyak orang secara bersamaan.

Untuk bangunan dengan ketinggian lebih dari empat lantai, disarankan untuk memiliki setidaknya dua tangga darurat yang posisinya berjauhan, guna memberikan pilihan rute evakuasi. Tangga-tangga ini juga harus langsung berhubungan dengan area luar gedung, memastikan jalan keluar yang cepat dan aman.

“Area tangga darurat harus bebas asap dengan pintu tahan api dengan lebar ideal tangga kebakaran adalah 2 meter,” kata Teguh saat dihubungi detikProperti pada Rabu (10/12/2025). Pintu tahan api ini berfungsi krusial untuk mencegah penyebaran api dan asap ke jalur evakuasi.

Di sisi lain, arsitek juga bertanggung jawab untuk merancang desain pasif yang memastikan ketersediaan alat bantu pemadam kebakaran dengan posisi yang tepat dan mudah diakses. Alat-alat penting ini meliputi sprinkler, alat pemadam api ringan (APAR), dan hydrant yang harus selalu dalam kondisi siap pakai.

Sebagai langkah proteksi tambahan, daerah-daerah yang teridentifikasi rentan terhadap kebakaran dapat diberikan proteksi ganda, misalnya dengan menyediakan fire blanket. Selain itu, desain jalur masuk untuk mobil pemadam kebakaran juga harus dipikirkan dari awal pembangunan, serta memastikan tempat parkir mobil pemadam selalu kosong dan tidak terhalang.

Baca Juga: Hasil Proliga 2025: Livin Mandiri 3-0 BJB Tandamata, JLM Memuncaki Klasemen Sementara di Proliga saat Ini

Tanggung Jawab Pengelola dan Penghuni Gedung

Bagi pengelola dan penghuni gedung, persiapan mitigasi kebakaran adalah hal yang tidak kalah pentingnya dalam memastikan keselamatan. Langkah-langkah preventif ini termasuk menyediakan informasi tertulis di dinding mengenai jalur evakuasi, serta melakukan pemeriksaan APAR dan hydrant secara berkala.

Latihan evakuasi berkala juga esensial untuk membiasakan penghuni dengan prosedur darurat, sekaligus memastikan jalur evakuasi bebas dari halangan. Penting pula untuk selalu memastikan tangki air kebakaran terisi penuh dan siap digunakan kapan saja.

Lebih lanjut, pembangunan gedung sejak awal harus mengantongi Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) yang sesuai dengan regulasi. Bangunan wajib memenuhi semua syarat evakuasi yang benar dan ditetapkan dalam peraturan yang berlaku, demi keselamatan seluruh penggunanya.

Peran Kontraktor dan Material Tahan Api

Terpisah, Wildan, seorang kontraktor dari Rebwild Constructions, juga menegaskan bahwa setiap gedung harus mempunyai jalur evakuasi yang jelas dan memadai. Jalur evakuasi bisa memanfaatkan tangga, baik tangga darurat khusus maupun tangga yang biasa digunakan penghuni gedung, asalkan memenuhi standar keamanan.

“Gedung itu harus ada sebenarnya jalur evakuasi. Jadi ada tanda, arah titik penyelamatan, titik berkumpul, aksesnya juga,” ujar Wildan, menekankan pentingnya informasi yang mudah dipahami. Jalur tersebut harus jelas terlihat dan diketahui oleh seluruh penghuni gedung, sehingga pengelola perlu memasang tanda serta peta jalur evakuasi di setiap lantai.

Ia juga menyebutkan bahwa lebar tangga dan koridor untuk jalur evakuasi minimal 1,8 meter, memastikan akses tidak terlalu sempit ketika terjadi kepanikan evakuasi massal. Selain itu, bangunan dapat dilengkapi dengan alat pendeteksi panas dan asap serta alarm kebakaran untuk mempercepat proses evakuasi.

Menurut Wildan, edukasi tentang langkah-langkah yang harus dilakukan ketika masa genting seperti kebakaran, adalah hal yang sangat penting bagi penghuni gedung. Ini membentuk kesiapsiagaan kolektif yang bisa menyelamatkan nyawa.

Di sisi lain, pembangunan gedung sejak awal dapat dioptimalkan agar lebih tahan terhadap api dengan menggunakan material anti-api. Ada berbagai opsi bahan bangunan anti-api yang bisa dipilih, mulai dari bata khusus hingga plafon yang dirancang untuk memperlambat penyebaran api, memberikan waktu lebih untuk evakuasi dan pemadaman.

Memastikan keselamatan gedung dari bahaya kebakaran adalah tanggung jawab kolektif yang melibatkan perencana, pengembang, pengelola, hingga penghuni. Tragedi seperti di Gedung Terra Drone harus menjadi pelajaran berharga untuk terus meningkatkan standar dan implementasi keselamatan di seluruh bangunan bertingkat.

Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.

Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini.



Pertanyaan Umum (FAQ)

Apa itu desain aktif dan desain pasif dalam konteks keselamatan gedung dari kebakaran?

Desain aktif merujuk pada elemen-elemen yang memfasilitasi evakuasi langsung, seperti koridor evakuasi, tangga kebakaran, parkir mobil pemadam, papan informasi, dan area evakuasi sementara (refugee floor/smoke lobby). Sementara itu, desain pasif berfokus pada pencegahan dan penekanan api melalui alat bantu seperti sprinkler, APAR (alat pemadam api ringan), hydrant, dan penggunaan material tahan api.

Berapa lebar ideal untuk koridor dan tangga evakuasi?

Lebar ideal koridor evakuasi adalah 1,8 meter. Sedangkan untuk tangga kebakaran, lebar idealnya adalah 2 meter, yang dirancang khusus untuk memungkinkan evakuasi yang efisien dan aman bagi banyak orang dalam kondisi darurat.

Mengapa Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) penting untuk keselamatan gedung?

PBG dan SLF adalah dokumen legal yang memastikan bahwa pembangunan gedung telah memenuhi standar dan peraturan teknis yang berlaku, termasuk aspek keselamatan kebakaran dan jalur evakuasi. Dokumen ini menjamin bahwa gedung aman dan layak untuk dihuni atau digunakan sesuai peruntukannya.

Apa saja peran pengelola dan penghuni gedung dalam mitigasi kebakaran?

Pengelola dan penghuni gedung memiliki peran penting dalam mitigasi kebakaran. Ini meliputi penyediaan informasi jalur evakuasi yang jelas, pemeriksaan berkala APAR dan hydrant, pelaksanaan latihan evakuasi rutin, memastikan jalur evakuasi bebas dari halangan, serta menjaga tangki air kebakaran selalu terisi dan berfungsi.

Bagaimana material tahan api dapat membantu meningkatkan keselamatan gedung?

Penggunaan material tahan api, seperti bata atau plafon khusus, dapat memperlambat penyebaran api dan panas dalam gedung saat terjadi kebakaran. Ini memberikan waktu tambahan yang sangat berharga bagi penghuni untuk mengevakuasi diri dengan aman dan bagi petugas pemadam kebakaran untuk tiba di lokasi dan melakukan upaya pemadaman.

Posting Komentar