KAI Siap Perpanjang Rute Kereta Cepat Whoosh hingga Banyuwangi: Tantangan dan Optimisme
VGI.CO.ID - Di tengah sorotan publik terhadap beban utang proyek Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) atau Whoosh, PT Kereta Api Indonesia (KAI) menunjukkan optimisme tinggi. KAI menyatakan kesiapan menindaklanjuti instruksi Presiden Prabowo Subianto untuk memperpanjang rute Whoosh hingga Banyuwangi.
Kesiapan KAI Menindaklanjuti Instruksi Presiden
Direktur Utama PT KAI, Bobby Rasyidin, menegaskan keyakinan ini didasari oleh kinerja operasional Whoosh yang positif. Bobby menyatakan bahwa tingkat okupansi Whoosh terus meningkat dan Presiden mengindikasikan perlunya ekspansi ke Surabaya dan bahkan Banyuwangi.
KAI akan menjalankan dan melaksanakan instruksi tersebut. Bobby memandang proyek Whoosh sebagai kebanggaan bangsa, menempatkan Indonesia sejajar dengan negara maju yang memiliki teknologi kereta cepat.
Kinerja Operasional Whoosh dan Realitas Finansial
Data KAI menunjukkan tren positif, dengan Whoosh melayani lebih dari 12,2 juta penumpang sejak beroperasi komersial. Rata-rata penumpang harian mencapai 20.000 hingga 30.000 orang.
Namun, optimisme ini berhadapan dengan realitas finansial yang kompleks, di mana Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria, mengonfirmasi upaya restrukturisasi utang pembangunan proyek KCIC.
Restrukturisasi Utang dan Tantangan Finansial
Tim negosiasi yang terdiri dari unsur pemerintah dan Danantara berupaya keras merestrukturisasi utang pembangunan proyek KCIC. Proses negosiasi melibatkan Pemerintah Tiongkok dan mitra konsorsium KCIC, mencakup aspek krusial seperti jangka waktu pinjaman, tingkat suku bunga, dan mata uang pinjaman.
Total investasi proyek KCIC mencapai sekitar 7,27 miliar dolar AS setelah mengalami pembengkakan biaya sebesar 1,21 miliar dolar AS. Sekitar 75 persen dari total investasi dibiayai melalui pinjaman dari China Development Bank (CDB).
Beban Bunga dan Dukungan Pemerintah
Total pinjaman pokok yang tengah direstrukturisasi mencapai sekitar 2,72 miliar dolar AS. Beban bunga pinjaman CDB diperkirakan mencapai 120 hingga 130 juta dolar AS per tahun.
Presiden Prabowo Subianto telah menegaskan akan memikul penuh tanggung jawab atas keberlangsungan proyek ini. Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan sempat menyebut rencana penerbitan Keputusan Presiden (Keppres) untuk penyelesaian utang.
Margin Keuntungan dan Peran Konsorsium Danantara
Analisis pasar menunjukkan bahwa meskipun okupansi Whoosh meningkat drastis, margin keuntungan perusahaan tetap tipis. Hal ini disebabkan oleh biaya operasi dan pemeliharaan kereta cepat yang padat modal dan teknologi tinggi.
Pemerintah mendorong agar konsorsium Danantara mengambil peran utama dalam restrukturisasi pembayaran pinjaman. Langkah ini diharapkan dapat meringankan beban finansial dan memastikan keberlanjutan operasional Whoosh.