Bobibos: Bahan Bakar Alternatif dari Limbah Pertanian Siap Produksi!

Table of Contents

Bahan Bakar Alternatif Bobibos dari Jonggol, Perusahaan Akan Produksi Massal 2026 | tempo.co


VGI.CO.ID - Kabar gembira datang dari Jonggol, Kabupaten Bogor! Sebuah inovasi anak bangsa siap mengguncang industri bahan bakar di Indonesia. Bobibos, akronim dari 'Bahan Bakar Original Buatan Indonesia, Bos!', dijadwalkan untuk memulai produksi massalnya pada tahun 2026. Bahan bakar alternatif ini menjadi sorotan karena diklaim memiliki nilai oktan (RON) hingga 98 dan diolah dari limbah pertanian.

Dengan nilai oktan setara dengan BBM kualitas tertinggi yang beredar di pasaran saat ini, Bobibos menawarkan potensi besar untuk menjadi solusi energi yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis. Inovasi ini tentu menjadi angin segar di tengah isu perubahan iklim dan kebutuhan akan sumber energi yang berkelanjutan. Apalagi, bahan baku utamanya adalah limbah pertanian.

PT. Inti Sinergi Formula, perusahaan di balik produksi Bobibos, menyebutnya sebagai Bahan Bakar Nabati (BBN). Selain memiliki nilai oktan yang sangat tinggi, penggunaan bahan bakar ini diklaim nyaris nol emisi. Hal ini tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen yang peduli terhadap lingkungan dan ingin berkontribusi dalam mengurangi dampak negatif dari penggunaan bahan bakar fosil.

Mulyadi, Komisaris Utama Inti Sinergi Formula, menyampaikan optimismenya terhadap potensi Bobibos sebagai energi alternatif terbarukan di sektor bahan bakar. "Insya Allah ini akan menjadi energi alternatif terbarukan di sektor bahan bakar," ujarnya di Jonggol, Selasa, 11 November 2025.

Bagaimana sebenarnya proses pengembangan Bobibos ini? Dan apa saja manfaat yang ditawarkannya? Mari kita simak ulasan selengkapnya.

Bobibos, Inovasi Anak Bangsa dengan Nilai Oktan Tinggi

Keunggulan utama Bobibos terletak pada nilai oktannya yang mencapai 98. Sebagai perbandingan, BBM dengan RON 98 saat ini merupakan kualitas tertinggi yang tersedia di pasaran, dan biasanya digunakan oleh mobil-mobil premium. Dengan demikian, Bobibos memiliki potensi untuk menggantikan BBM konvensional tanpa mengorbankan performa kendaraan.

Selain itu, Bobibos juga diklaim memiliki emisi yang sangat rendah, bahkan nyaris nol. Hal ini tentu menjadi nilai tambah yang signifikan, mengingat isu polusi udara dan perubahan iklim semakin menjadi perhatian global.

Riset dan Pengembangan Sepenuhnya di Dalam Negeri

Mulyadi menegaskan bahwa riset dan pengembangan Bobibos dilakukan 100 persen di dalam negeri, oleh putra-putri Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan teknologi energi terbarukan secara mandiri.

Saat ini, pengembangan masih terus dilakukan sambil perusahaan menunggu izin produksi massal dari pemerintah. Setelah peluncurannya pada 2 November lalu, sudah tersedia sekitar 3 ribu liter Bobibos yang akan digunakan untuk uji coba skala kecil di sekitaran tempat produksi di Jonggol.

Produksi Massal untuk Uji Coba dan Masyarakat Sekitar

"Februari 2026, kami akan mulai produksi massal tapi ini pun masih untuk uji coba dan dibagikan ke warga di sekitar Jonggol dulu," kata Mulyadi, yang juga merupakan legislator di Fraksi Gerindra di DPR RI.

Ia menambahkan, "Saya ingin membantu masyarakat, setidaknya meringankan beban mereka dengan memberi bahan bakar nabati ini, dan sekaligus uji coba massal." Langkah ini menunjukkan komitmen perusahaan untuk memberikan manfaat langsung kepada masyarakat sekitar, sekaligus menguji efektivitas Bobibos dalam kondisi penggunaan sehari-hari.

Dedikasi Satu Dekade untuk Energi Terbarukan

Iklas Thamrin, Pendiri PT. Inti Sinergi Formula sekaligus tim inti riset BBN Bobibos, mengungkapkan bahwa ia dan timnya telah melakukan penelitian dan pengembangan selama satu dekade. Berawal dari keprihatinan terhadap harga BBM yang tinggi dan kepedulian terhadap iklim, Iklas mulai meriset beberapa produk energi terbarukan pada 2014.

Menurutnya, sumber daya alam Indonesia sangat kaya dan beragam, sehingga banyak potensi yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan produk energi terbarukan dan ramah lingkungan. Untuk BBN Bobibos, Iklas dan tim memilih limbah pertanian, yaitu jerami, sebagai bahan baku utama.

Mengapa Jerami? Potensi Swasembada Pangan dan Energi

"Banyak bahan baku nabati bisa dipergunakan, namun kami lebih memilih jerami karena bisa sekaligus swasembada pangan dan energi," kata Iklas. Ia menjelaskan bahwa padi merupakan komoditas pangan yang sangat dibutuhkan, dan jerami merupakan limbah yang dihasilkan setelah panen.

Dengan memanfaatkan jerami sebagai bahan baku Bobibos, maka limbah tersebut dapat diubah menjadi produk bernilai ekonomi tinggi, sekaligus mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Kalkulasi Kebutuhan Jerami untuk Produksi Massal Bobibos

Iklas mengungkapkan kalkulasi kebutuhan limbah padi untuk menjadi BBN Bobibos. Berdasarkan perhitungan yang telah dipatenkan, satu hektare sawah yang menghasilkan jerami 9 ton berpotensi memproduksi 3 ribu liter BBN Bobibos.

Artinya, jika produksi massal telah berjalan, Inti Sinergi Formula akan memiliki gambaran yang jelas mengenai kebutuhan bahan baku untuk memenuhi permintaan pasar dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah.

Harapan untuk Kolaborasi dengan Pemerintah

"Jadi untuk produksi BBN massal, kami sih harapannya pemerintah bisa menyediakan lahan 2000 hektare untuk penanaman padi dan kebutuhan pabrikasi yang mampu menghasilkan 1,5 juta liter per bulan," kata Iklas.

Ia menambahkan, "Tinggal menunggu kolaborasi dengan pemerintah sehingga ini semua bisa terealisasi dan BBN Bobibos bisa menjadi simbol energi terbarukan dan rendah emosi milik Indonesia." Kolaborasi dengan pemerintah dinilai sangat penting untuk memastikan ketersediaan lahan dan dukungan infrastruktur yang dibutuhkan untuk produksi massal Bobibos.

Potensi Bobibos dalam Mendukung Ketahanan Energi Nasional

Kehadiran Bobibos sebagai bahan bakar alternatif memiliki potensi besar dalam mendukung ketahanan energi nasional. Dengan memanfaatkan limbah pertanian sebagai bahan baku, Bobibos dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor BBM fosil.

Selain itu, pengembangan Bobibos juga dapat menciptakan lapangan kerja baru di sektor pertanian dan industri pengolahan limbah, serta meningkatkan pendapatan petani.

Tantangan dan Harapan untuk Masa Depan Bobibos

Meskipun memiliki potensi yang besar, Bobibos juga menghadapi sejumlah tantangan dalam proses pengembangan dan komersialisasinya. Salah satunya adalah memastikan ketersediaan bahan baku jerami yang berkelanjutan dan terjangkau.

Selain itu, perusahaan juga perlu mendapatkan dukungan regulasi dan insentif dari pemerintah untuk mendorong pengembangan dan penggunaan BBN di Indonesia. Namun, dengan komitmen dan kerja keras semua pihak, Bobibos diharapkan dapat menjadi solusi energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan bagi Indonesia.

Bobibos: Simbol Kemandirian Energi Indonesia?

Inovasi Bobibos dari Jonggol, Kabupaten Bogor, ini menjadi secercah harapan bagi kemandirian energi Indonesia. Dengan memanfaatkan limbah pertanian sebagai bahan baku utama, Bobibos tidak hanya menawarkan alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan, tetapi juga membuka peluang untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan mengurangi ketergantungan terhadap impor BBM fosil.

Tentu saja, perjalanan Bobibos masih panjang dan membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama pemerintah dan masyarakat. Namun, dengan semangat inovasi dan kolaborasi, bukan tidak mungkin Bobibos akan menjadi simbol kemandirian energi Indonesia di masa depan.

Pentingnya Kolaborasi Pemerintah dan Swasta dalam Pengembangan Energi Terbarukan

Kisah sukses pengembangan Bobibos menjadi contoh betapa pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan swasta dalam mengembangkan energi terbarukan di Indonesia. Pemerintah dapat memberikan dukungan regulasi, insentif, dan infrastruktur yang dibutuhkan, sementara pihak swasta dapat berinvestasi dalam riset, pengembangan, dan produksi teknologi energi terbarukan.

Dengan sinergi yang baik, Indonesia dapat mempercepat transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan, serta mengurangi dampak negatif perubahan iklim.

Mari kita dukung terus inovasi anak bangsa seperti Bobibos, demi masa depan energi Indonesia yang lebih baik!

Kesimpulan

Bobibos adalah inovasi yang menjanjikan di bidang energi terbarukan, menawarkan solusi bahan bakar alternatif dengan nilai oktan tinggi dan emisi rendah. Dengan dukungan dari pemerintah dan masyarakat, Bobibos berpotensi menjadi simbol kemandirian energi Indonesia dan berkontribusi pada pelestarian lingkungan.

Frequently Asked Questions (FAQ) tentang Bobibos

Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering diajukan tentang Bobibos:

Apa itu Bobibos?

Bobibos adalah singkatan dari Bahan Bakar Original Buatan Indonesia, Bos!. Ini adalah bahan bakar alternatif dengan nilai oktan (RON) hingga 98 yang diolah dari limbah pertanian, khususnya jerami.

Siapa yang mengembangkan Bobibos?

Bobibos dikembangkan oleh PT. Inti Sinergi Formula, sebuah perusahaan yang berlokasi di Jonggol, Kabupaten Bogor. Tim riset dipimpin oleh Iklas Thamrin.

Kapan Bobibos mulai diproduksi massal?

Produksi massal Bobibos direncanakan akan dimulai pada Februari 2026, diawali dengan uji coba dan pembagian kepada warga di sekitar Jonggol.

Apa keunggulan Bobibos dibandingkan BBM konvensional?

Bobibos memiliki beberapa keunggulan, antara lain:

  • Nilai oktan tinggi (RON 98), setara dengan BBM kualitas premium.
  • Emisi rendah, bahkan diklaim nyaris nol.
  • Terbuat dari limbah pertanian (jerami), sehingga lebih ramah lingkungan dan mendukung swasembada energi.

Bagaimana cara mendukung pengembangan Bobibos?

Kita dapat mendukung pengembangan Bobibos dengan cara:

  • Memberikan dukungan moral dan apresiasi terhadap inovasi anak bangsa.
  • Mendorong pemerintah untuk memberikan dukungan regulasi dan insentif bagi pengembangan energi terbarukan.
  • Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penggunaan energi bersih dan berkelanjutan.


Pertanyaan Umum (FAQ)

Apa itu Bobibos?

Bobibos adalah singkatan dari Bahan Bakar Original Buatan Indonesia, Bos!. Ini adalah bahan bakar alternatif dengan nilai oktan (RON) hingga 98 yang diolah dari limbah pertanian, khususnya jerami.

Siapa yang mengembangkan Bobibos?

Bobibos dikembangkan oleh PT. Inti Sinergi Formula, sebuah perusahaan yang berlokasi di Jonggol, Kabupaten Bogor. Tim riset dipimpin oleh Iklas Thamrin.

Kapan Bobibos mulai diproduksi massal?

Produksi massal Bobibos direncanakan akan dimulai pada Februari 2026, diawali dengan uji coba dan pembagian kepada warga di sekitar Jonggol.

Apa keunggulan Bobibos dibandingkan BBM konvensional?

Bobibos memiliki beberapa keunggulan, antara lain: Nilai oktan tinggi (RON 98), setara dengan BBM kualitas premium. Emisi rendah, bahkan diklaim nyaris nol. Terbuat dari limbah pertanian (jerami), sehingga lebih ramah lingkungan dan mendukung swasembada energi.

Bagaimana cara mendukung pengembangan Bobibos?

Kita dapat mendukung pengembangan Bobibos dengan cara: Memberikan dukungan moral dan apresiasi terhadap inovasi anak bangsa. Mendorong pemerintah untuk memberikan dukungan regulasi dan insentif bagi pengembangan energi terbarukan. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penggunaan energi bersih dan berkelanjutan.

Posting Komentar