Obesitas Anak di Indonesia Meningkat, Pola Asuh Jadi Faktor Utama

Table of Contents

Angka Obesitas Tinggi, Pola Asuh Pengaruhi Konsumsi Gula Berlebih pada Anak


Laporan terbaru dari UNICEF menyoroti peningkatan kasus obesitas pada anak-anak secara global, bahkan melebihi angka malnutrisi di beberapa wilayah. Konsumsi makanan dan minuman olahan tinggi gula menjadi salah satu pemicu utama. Kurangnya regulasi, pelabelan yang menyesatkan, dan pemasaran yang agresif memperburuk masalah ini. Kondisi ini secara khusus menjadi perhatian di Indonesia, di mana pola asuh memiliki peran penting dalam konsumsi gula berlebih pada anak.

Di beberapa negara, bayi sudah mulai mengonsumsi makanan dan minuman manis olahan pada usia sangat muda. Konsumsi gula berlebihan sejak dini dapat memicu masalah kesehatan serius seperti obesitas, kelesuan, hiperaktif, dan penurunan sistem imun. Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai produk kental manis yang kerap disalahartikan sebagai susu oleh masyarakat Indonesia.

Kental Manis: Tinggi Gula, Rendah Nutrisi

Kental manis, meskipun sering dianggap sebagai susu, sebenarnya memiliki kandungan gula sangat tinggi dan protein yang sangat rendah. Kesalahpahaman ini diperparah oleh pelabelan dan iklan yang menyesatkan, yang seringkali menampilkan produk ini seolah-olah bermanfaat bagi anak-anak.

Penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Semarang (UNNES) terhadap 100 balita di Kecamatan Semarang Utara dan Gunungpati menunjukkan bahwa pemberian kental manis sebagai pengganti susu adalah hal yang umum karena kurangnya pemahaman orang tua tentang dampak konsumsi gula berlebih.

Pola Asuh dan Kurangnya Informasi

Peneliti UNNES, Dr. Mardiana, menduga bahwa pola asuh dan kurangnya informasi yang merata menjadi penyebab utama masalah ini. Banyak orang tua tidak menyadari bahaya kental manis bagi anak-anak. "Kental manis berbahaya karena tinggi gula. Efeknya ke depan jadi sangat riskan, bisa jadi pre-diabetesnya meningkat atau gangguan kepada ginjalnya. Salah satu penyebabnya mungkin itu ya, bahwa informasinya belum semuanya tersampaikan ke seluruh masyarakat,” kata Mardiana.

Salah satu responden dari Kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunung Pati, mengakui memberikan kental manis kepada anaknya yang berusia 3 tahun sebanyak 7 kali sehari. Ia berasumsi bahwa produk tersebut adalah susu karena terdapat kata "susu" pada kemasan dan iklannya. "Saya baca di situ ada kata susu, ya jadi saya pikir ya memang susu. Di iklan juga tahunya susu,” ungkapnya.

Rekomendasi UNICEF dan Tindakan Pemerintah

Menanggapi ancaman konsumsi gula berlebih pada anak, UNICEF mendesak pemerintah di seluruh dunia untuk mengambil tindakan tegas. Rekomendasi yang diberikan meliputi penerapan regulasi yang ketat terhadap industri makanan, pelabelan gizi yang jelas, dan peningkatan edukasi masyarakat tentang bahaya gula berlebih dan pentingnya gizi seimbang bagi anak-anak. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan angka obesitas pada anak-anak dapat ditekan dan generasi penerus bangsa dapat tumbuh sehat dan cerdas.

Unicef: Jumlah Anak Obesitas Kini Lebih Banyak daripada Anak Kurang Gizi (10/9/2025)

Cara Baru Tes Genetika Prediksi Risiko Obesitas Sebelum Usia 5 Tahun (17/8/2025)



Pertanyaan Umum (FAQ)

Mengapa obesitas pada anak menjadi masalah serius?

Obesitas pada anak dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius di kemudian hari, seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan beberapa jenis kanker. Selain itu, obesitas juga dapat memengaruhi kesehatan mental dan sosial anak.

Apa yang dimaksud dengan kental manis dan mengapa dianggap berbahaya bagi anak?

Kental manis adalah produk makanan yang memiliki kandungan gula sangat tinggi dan protein yang sangat rendah. Seringkali disalahartikan sebagai susu, padahal kandungan nutrisinya tidak seimbang dan dapat menyebabkan masalah kesehatan jika dikonsumsi berlebihan.

Apa saja rekomendasi UNICEF untuk mengatasi masalah obesitas pada anak?

UNICEF merekomendasikan agar pemerintah menerapkan regulasi yang ketat terhadap industri makanan, memberikan pelabelan gizi yang jelas, dan meningkatkan edukasi masyarakat tentang bahaya gula berlebih serta pentingnya gizi seimbang.

Bagaimana pola asuh dapat mempengaruhi konsumsi gula pada anak?

Pola asuh yang kurang tepat, seperti memberikan makanan dan minuman manis sebagai hadiah atau cara untuk menenangkan anak, dapat membentuk kebiasaan makan yang tidak sehat. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang gizi juga dapat menyebabkan anak-anak mengonsumsi makanan yang tidak sehat.

Posting Komentar