Menopause dan Pasangan: Memahami & Mendukung dalam Perubahan Hidup

Table of Contents

'Sometimes, all it takes is a hug': What women want their partners to know about menopause and how to help


Menopause adalah fase alami dalam kehidupan wanita yang membawa berbagai perubahan fisik dan emosional. Perubahan ini bisa jadi sangat menantang, terutama jika pasangan tidak sepenuhnya memahami apa yang sedang dialami. Artikel ini akan membahas bagaimana pasangan dapat mendukung wanita selama masa menopause, berdasarkan pengalaman dan saran dari para ahli.

Artikel ini terinspirasi dari pengalaman Jolynn (bukan nama sebenarnya), seorang konsultan keuangan berusia 45 tahun, yang mengalami gejala perimenopause sejak awal tahun ini. Pengalaman Jolynn memberikan gambaran nyata tentang tantangan yang dihadapi wanita selama masa transisi ini.

Memahami Gejala Menopause dan Dampaknya

Gejala menopause dapat sangat beragam, mulai dari hot flushes (rasa panas tiba-tiba), gangguan tidur, hingga perubahan suasana hati. Gejala-gejala ini dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari wanita dan berdampak pada hubungan dengan pasangan. Jolynn, misalnya, seringkali merasa kesulitan menghadapi perubahan suasana hati dan merasa kepanasan, yang bahkan memicu perdebatan dengan pasangannya tentang penggunaan AC.

Perubahan fisik dan emosional yang dialami wanita selama menopause bisa sangat kompleks dan mempengaruhi kualitas hidup mereka. Beberapa wanita mengalami penipisan rambut, perubahan kulit, dan peningkatan berat badan, yang dapat memengaruhi citra diri dan kepercayaan diri mereka.

Kurangnya Pemahaman: Tantangan bagi Pasangan

Salah satu tantangan utama bagi pasangan adalah kurangnya pemahaman tentang menopause. Banyak pria tidak memiliki informasi yang cukup tentang apa yang sedang dialami pasangan mereka. Dr. Annabelle Chow, psikolog klinis di Annabelle Psychology, menjelaskan bahwa kurangnya pengetahuan ini dapat membuat wanita merasa sendirian.

Ketidakpahaman dapat berasal dari berbagai faktor, termasuk kurangnya paparan terhadap informasi tentang menopause. Dalam kasus Jolynn, pasangannya kurang memiliki informasi karena ibunya meninggal saat ia masih kecil, sehingga ia tidak memiliki pengalaman langsung atau referensi tentang menopause.

Komunikasi: Kunci dalam Menghadapi Menopause Bersama

Komunikasi yang terbuka dan jujur adalah kunci untuk mengatasi tantangan menopause bersama. Wanita mungkin merasa sulit untuk membicarakan masalah ini karena topik tersebut bersifat pribadi atau bahkan memalukan. Pasangan perlu menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk berbagi pengalaman.

Dr. Chow menekankan pentingnya respons yang mendukung dan memvalidasi perasaan pasangan. Mendengarkan dengan empati dan menunjukkan pengertian dapat mencegah frustrasi dan menjauhkan diri dari hubungan. Mengajukan pertanyaan seperti, “Bagaimana saya bisa mendukungmu saat ini?” atau “Apakah kamu ingin membicarakan apa yang kamu rasakan, atau apakah kamu membutuhkan waktu sendiri?” dapat sangat membantu.

Baca Juga: Harga Sagu Keju 2014

Mengatasi Miskonsepsi dan Stereotip

Dr. Leonora Chiam, konsultan dari Departemen Kedokteran Psikologi di KK Women’s and Children’s Hospital (KKH), menjelaskan bahwa banyak pasangan mungkin tidak sepenuhnya memahami apa yang terlibat dalam menopause. Hal ini dapat menyebabkan miskonsepsi dan stereotip yang menghambat dukungan yang efektif.

Valery Tan, salah satu pendiri platform menopause lokal, Surety, menambahkan bahwa menopause seringkali “tidak terlihat”. Tidak ada tanda-tanda yang jelas seperti patah tulang atau kehamilan, yang membuat orang lain, termasuk pasangan, mudah mengabaikan apa yang sedang terjadi. Beberapa wanita bahkan mendengar pernyataan seperti, “Tapi kamu tidak terlihat sakit,” meskipun mereka mungkin berjuang dengan kelelahan, gangguan otak, atau perubahan suasana hati yang signifikan.

Dukungan Praktis dan Emosional

Selain komunikasi, dukungan praktis dan emosional sangat penting. Pasangan dapat membantu dengan: Mengakui perjuangan pasangan dan menegaskan harga diri mereka. Misalnya, “Saya tahu ini sangat sulit bagimu akhir-akhir ini,” atau “Saya melihat betapa tangguhnya kamu.”

Associate Professor Rukshini Puvanendran, co-director dari KK Menopause Centre, merekomendasikan agar wanita berbagi gejala spesifik mereka dengan pasangan dan mencari solusi bersama. Jika ada masalah tidur, pasangan dapat membantu dengan menghindari cahaya terang dan kebisingan yang tidak perlu. Contohnya, Seorang suami yang pengertian akan berpakaian ala musim dingin ketika tidur untuk mengakomodasi istrinya yang mengalami keringat malam dan perlu mengatur AC sangat rendah.

Sentuhan Kecil yang Berarti

Natalia A, wanita berusia 48 tahun yang mengalami gejala menopause, menemukan bahwa dukungan dari pasangannya sangat membantu. Setelah berbicara terbuka tentang gejala, suaminya menjadi lebih pengertian dan akomodatif. Misalnya, suaminya mulai menyalakan AC di malam hari untuk memastikan kenyamanan Natalia selama hot flushes dan keringat malam.

Jolynn berharap pria dapat mendengarkan pasangan mereka dan berusaha membuat mereka merasa lebih baik dengan gestur kecil dan sederhana. “Terkadang, yang dibutuhkan hanyalah pelukan,” katanya. Hal ini menekankan pentingnya kehadiran dan dukungan emosional, yang seringkali lebih berharga daripada nasihat yang tidak diminta.

Kesimpulan: Menopause sebagai Peluang untuk Pertumbuhan

Menopause bukanlah akhir dari segalanya, melainkan fase baru dalam kehidupan yang dapat mempererat hubungan. Dengan pemahaman, komunikasi, dan dukungan, pasangan dapat menghadapi masa transisi ini bersama dan membangun hubungan yang lebih kuat.

Menopause dapat menjadi katalis untuk mengadopsi perilaku kesehatan yang lebih proaktif dan modifikasi gaya hidup, karena individu menjadi semakin memperhatikan kesejahteraan fisik dan mental mereka. Kemitraan yang suportif selama menopause dapat menjadi babak baru dalam pertumbuhan dan keintiman dalam hubungan.

Posting Komentar