Industri Mode Berduka: Giorgio Armani Tutup Usia di 91 Tahun

Table of Contents

Giorgio Armani, Desainer Legendaris Meninggal Dunia di Usia 91 Tahun


Kabar duka menyelimuti dunia mode internasional. Giorgio Armani, desainer legendaris asal Italia, telah meninggal dunia pada tanggal 4 September 2025 di usia 91 tahun, meninggalkan warisan abadi dalam industri yang telah ia geluti selama beberapa dekade.

Kepergian Sang Maestro: Akhir Sebuah Era

Pada tahun 2024, saat genap berusia 90 tahun, Giorgio Armani sempat menyampaikan rencananya untuk pensiun dalam dua hingga tiga tahun mendatang kepada surat kabar Italia, Corriere della Sera. Walaupun target itu terbilang ambisius di usianya, Armani tetap aktif memimpin kerajaan modenya hingga akhir hayat, sebuah kerajaan yang dirintis sejak tahun 1975.

Bahkan, baru-baru ini, merek Armani meluncurkan platform digital interaktif bernama Armani/Archivo di Festival Film Venesia, sebuah wadah yang menampilkan koleksi komprehensif karya-karya sang desainer. Jelang Milan Fashion Week mendatang, Armani berencana membuka pameran mode khusus di Pinacoteca di Brera, sebuah galeri seni terkenal yang menyimpan koleksi lukisan Italia sejak abad ke-13. Pameran ini akan menampilkan lebih dari 150 karya arsip yang merangkum lima dekade perjalanan merek Giorgio Armani.

Awal Mula Karier dan Revolusi dalam Dunia Mode

Sebelum mendirikan brand-nya sendiri di usia 41 tahun, Armani telah menorehkan karier yang gemilang di dunia mode Italia. Ia pernah menjadi desainer busana pria di Cerruti 1881 dan bekerja sebagai desainer lepas untuk berbagai label ternama. Perjalanan kariernya dimulai dari dunia penjualan hingga menjadi penata etalase di La Rinascente. Bersama sahabatnya, Sergio Galeotti, ia mendirikan Giorgio Armani S.p.A. di Milan, dan koleksi perdananya mencakup busana wanita, meskipun ia lebih dulu dikenal sebagai desainer busana pria.

Armani lahir pada tahun 1934 di dekat Milan, dari keluarga sederhana. Ayahnya adalah seorang manajer pengiriman dan kakeknya bekerja di teater. Namun, Armani memiliki bakat alami dalam gaya dan keanggunan. Tahun 1980 menjadi titik balik popularitas Armani di Amerika Serikat. Film ikonis American Gigolo, yang dibintangi Richard Gere, tak hanya dikenal karena tema ceritanya yang berani, tetapi juga gaya visualnya yang khas, termasuk busana rancangan Armani. Gere menjelma menjadi ikon jas revolusioner sang desainer, dengan bahan ringan seperti linen, siluet longgar, dan bahu tanpa struktur kaku, mengubah selamanya gaya busana pria.

Warisan Abadi: Lebih dari Sekadar Pakaian

Rancangan jas santai untuk wanita juga hadir tepat saat perempuan semakin banyak memasuki dunia kerja profesional, selaras dengan gaya hidup mereka yang dinamis. Busana Armani kemudian menjadi seragam tak resmi bagi para eksekutif papan atas dan selebritas Hollywood di karpet merah. Hingga kini, merek ini secara rutin masuk jajaran lima besar merek yang paling banyak dikenakan di ajang penghargaan. Demi Moore dan Elle Fanning, contohnya, tampil memukau mengenakan koleksi couture Armani Privé di ajang Oscar dan Festival Film Cannes tahun ini.

Diversifikasi Bisnis dan Kepemimpinan yang Visioner

Kurang dari setahun lalu, Armani juga menggelar peragaan busana besar di New York untuk menandai pembukaan hotel barunya di sana, yang menjadi kunjungan terakhirnya ke Amerika Serikat. Yang membuat Armani berbeda adalah kiprahnya tidak hanya sebagai desainer kreatif, tetapi juga pengendali bisnis. Ia tetap memegang kendali penuh atas kerajaan modenya yang merambah parfum, hotel, restoran, furnitur rumah, dan banyak lagi. Walaupun popularitas mereknya naik turun, pada 2023 brand Giorgio Armani mencatat pendapatan sekitar US$2,65 miliar dengan laba operasional sekitar US$2,3 miliar.

Armani tercatat sebagai ketua, CEO, sekaligus pemegang saham tunggal perusahaan. Hingga saat ia wafat, perusahaan belum mengumumkan sosok penerus kepemimpinan brand tersebut. Kepergian Giorgio Armani bukan hanya kehilangan bagi dunia mode, tetapi juga bagi dunia bisnis dan inspirasi bagi generasi mendatang.

Posting Komentar