Penjelasan Manajemen Persib: Alasan Penukaran Tiket Belum Bisa Dihapus

Table of Contents

BRI Super League: Manajemen Persib Jelaskan Alasan Sistem Penukaran Tiket Belum Bisa Dihapus Seutuhnya


Isu seputar penukaran tiket pertandingan kembali menjadi sorotan menjelang laga kandang Persib Bandung kontra Borneo FC. Pertandingan yang sangat dinantikan ini akan digelar pada 31 Agustus mendatang di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Kota Bandung. Harapan besar dari para Bobotoh, julukan suporter setia Persib, adalah agar proses masuk stadion bisa lebih efisien dan praktis, tanpa harus melalui proses penukaran e-ticket yang dirasa merepotkan. Ketidaknyamanan ini menjadi pemicu utama aspirasi, yang menggarisbawahi keinginan untuk pengalaman menonton yang lebih lancar.

Namun, manajemen PT Persib Bandung Bermartabat (PBB) memberikan penjelasan mendalam mengenai alasan di balik kebijakan penukaran tiket yang masih diterapkan. Menurut mereka, keputusan ini bukan semata-mata tanpa dasar. Penjelasan ini mencerminkan kompleksitas dalam mengelola aspek keamanan dan kenyamanan dalam sebuah acara besar. Keputusan yang diambil juga sangat mempertimbangkan masukan dari berbagai pihak.

Alasan Utama: Standar Keamanan yang Ketat

Deputy CEO PT PBB, Adhitia Putra Herawan, menegaskan bahwa keinginan manajemen sesungguhnya sejalan dengan harapan suporter, yaitu menghilangkan penukaran tiket. Namun, realitanya, sistem ini masih diterapkan sebagai bagian dari standar keamanan yang diminta langsung oleh pihak kepolisian. “Dari manajemen, kami justru inginnya tidak ada penukaran tiket. Tapi Bobotoh perlu paham, ini adalah permintaan dari pihak pengamanan. Tujuannya murni demi keamanan,” jelas Adhitia Putra Herawan di Bandung pada Rabu, 20 Agustus 2025. Pernyataan ini mengindikasikan adanya prioritas yang lebih tinggi pada aspek keamanan, sesuai dengan regulasi yang berlaku.

Adhitia juga menekankan adanya dilema klasik antara kenyamanan dan keamanan yang harus dihadapi. Peningkatan standar keamanan seringkali berimbas pada pengurangan tingkat kenyamanan bagi penonton. Pihak manajemen menyadari betul bahwa menciptakan keseimbangan antara kedua aspek ini adalah tantangan yang harus dihadapi. Mereka terus berupaya mencari solusi yang optimal untuk meminimalisir dampak negatifnya, dengan tetap mengutamakan keselamatan seluruh pihak.

Uji Coba dan Langkah Bertahap

Sebagai langkah awal, manajemen berencana melakukan uji coba tanpa penukaran tiket di Tribun Barat Stadion GBLA saat pertandingan melawan Borneo FC. “Tribun barat dipilih karena kapasitasnya paling kecil. Jadi kalau ada skenario terburuk, lebih mudah dimitigasi. Ini bukan soal pilih kasih terhadap tribun lain, tapi langkah bertahap untuk menguji sistem,” ujar Adhitia. Keputusan ini mencerminkan pendekatan yang hati-hati dan terukur dalam menerapkan perubahan. Pemilihan Tribun Barat sebagai lokasi uji coba memungkinkan manajemen untuk mengidentifikasi dan mengatasi potensi masalah dengan lebih cepat dan efektif.

Manajemen juga terus berdiskusi dengan pihak keamanan, menyampaikan harapan agar penukaran tiket dapat ditiadakan. Namun, mengingat hal tersebut belum memungkinkan, mereka mengupayakan agar lokasi penukaran tiket bisa lebih dekat dengan stadion untuk memudahkan Bobotoh. Penerapan sistem yang efektif membutuhkan koordinasi yang baik antara berbagai pihak terkait, termasuk suporter, manajemen, dan aparat keamanan. Adanya mitigasi risiko dan SOP baru juga menjadi fokus utama, mempertimbangkan potensi kerumunan dan situasi darurat.

Masa Depan: Teknologi dan Kedewasaan Suporter

Salah satu opsi yang sedang dipertimbangkan untuk masa depan adalah penerapanface recognition. Secara teknis, sistem ini memungkinkan, tetapi infrastrukturnya belum sepenuhnya siap. “Satu gate GBLA panjangnya 1,2 km. Untuk pasang sistemface recognitionitu butuh biaya dan waktu. Jadi kami menuju ke sana, tapi bertahap. Kalau langsung diterapkan musim ini, itu namanyaover confident,” kata Adhitia. Pengembangan teknologi ini menuntut investasi yang signifikan dan membutuhkan waktu untuk implementasi yang matang. Meskipun demikian, langkah ini menunjukkan komitmen Persib untuk terus berinovasi demi meningkatkan pengalaman menonton bagi para suporter.

Adhitia optimistis bahwa jika Bobotoh menunjukkan kedewasaan dalam mendukung, sistem tanpa penukaran e-ticket bisa segera diterapkan. “Kalau Bobotoh sudah siap, bahkan tanpa teknologi pun kita bisa. Harapan kami, musim ini kami bisa mulai. Dan pertandingan lawan Borneo akan jadi uji coba pertama,” imbuhnya. Keterlibatan aktif dari para suporter, dengan menunjukkan perilaku yang tertib dan dewasa, akan sangat menentukan keberhasilan implementasi sistem baru ini. Ini menyoroti pentingnya kerjasama antara manajemen dan suporter untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman dalam mendukung tim kesayangan. Keamanan adalah aspek krusial yang kerap menjadi perhatian utama dalam setiap gelaran olahraga, seperti yang juga ditekankan oleh lembaga seperti *National Center for Spectator Sports Safety and Security (NCS4)*, yang menekankan pentingnya perencanaan dan manajemen yang efektif dalam mengelola kerumunan dan risiko di stadion, memastikan pengalaman yang aman dan menyenangkan bagi semua orang.

Posting Komentar