Kapolda Sumbar Minta Maaf: Insiden Ojol Tewas, Janji Usut Tuntas & Reformasi Polri
Padang, Sumatera Barat - Suasana di depan Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) Sumatera Barat pada Jumat malam, 29 Agustus, masih dipenuhi oleh teriakan protes dan spanduk dari mahasiswa dan masyarakat. Aksi unjuk rasa ini merupakan bentuk tuntutan terhadap reformasi di tubuh Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Tensi di lokasi sempat memanas, namun situasi mereda setelah Kapolda Sumbar, Irjen Gatot Tri Suryanta, turun langsung menemui para demonstran sekitar pukul 20.30 WIB.
Kehadiran Kapolda menjadi sorotan utama dalam aksi tersebut. Irjen Gatot menyampaikan permintaan maaf atas insiden tragis yang menewaskan seorang pengemudi ojek online (ojol), Affan Kurniawan, sehari sebelumnya di Jakarta. Affan menjadi korban saat pembubaran aksi demonstrasi di depan Gedung DPR RI oleh aparat kepolisian. Insiden ini memicu gelombang kemarahan dan keprihatinan di berbagai kalangan.
Permohonan Maaf dan Komitmen Penegakan Hukum
“Atas nama institusi, kami menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas wafatnya almarhum Affan. Kami turut berduka cita mendalam, semoga amal ibadah almarhum diterima dan keluarga diberi kekuatan,” ujar Irjen Gatot Tri Suryanta dengan suara tegas namun sarat empati. Pernyataan ini menjadi langkah awal untuk meredakan ketegangan dan menunjukkan itikad baik dari pihak kepolisian.
Lebih lanjut, Kapolda menegaskan komitmennya untuk mengusut tuntas kasus ini tanpa menutup-nutupi. Ia berjanji akan menindak tegas anggota Polri yang terbukti terlibat dalam insiden tersebut dan membuka proses hukum secara transparan. “Mari kita kawal bersama, siapa pun anggota yang melanggar hukum harus ditindak dengan tegas,” tambahnya. Pernyataan ini memberikan harapan bagi masyarakat akan adanya keadilan dan akuntabilitas dalam penanganan kasus ini.
Respon Massa Aksi: Tuntutan Reformasi Polri
Meskipun Kapolda telah menyampaikan permintaan maaf dan komitmennya, massa aksi tetap menyuarakan kekecewaan. Teriakan “Polisi pembunuh!” berulang kali menggema di depan Polda Sumbar. Spanduk dan poster bertuliskan “Polisi Musuh Masyarakat”, “Polisi Pembunuh”, hingga “Kami Bersama Korban” berkibar di tengah kerumunan. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan maaf saja belum cukup untuk meredakan emosi dan kekecewaan yang mendalam.
Sejumlah mahasiswa yang hadir dalam aksi tersebut menilai bahwa permintaan maaf Kapolda hanyalah langkah awal. Mereka menegaskan bahwa tuntutan reformasi Polri harus segera dijalankan sebagai langkah konkret untuk mencegah jatuhnya korban serupa di masa mendatang. Mereka menekankan pentingnya perubahan mendasar dalam tubuh Polri agar aparat tidak lagi bertindak represif dan masyarakat tidak lagi menjadi korban.
Solidaritas dan Dampak Insiden
Aksi di Padang ini merupakan bentuk solidaritas terhadap almarhum Affan Kurniawan dan juga sebagai respons terhadap tragedi yang terjadi di Senayan, Jakarta. Bagi mahasiswa, insiden ini bukan hanya sekadar kecelakaan, melainkan cermin dari represifitas aparat yang selama ini menjadi keluhan masyarakat. Mereka menganggap bahwa reformasi Polri adalah harga mati untuk menciptakan kepolisian yang lebih profesional, humanis, dan mampu melindungi masyarakat.
Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya pengawasan terhadap kinerja aparat kepolisian serta perlunya reformasi yang komprehensif di tubuh Polri. Diharapkan, kasus ini dapat menjadi momentum bagi perbaikan dan peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap institusi Polri.
Posting Komentar