Iran Menangguhkan Kerja Sama dengan IAEA, Picu Ketegangan dengan Negara Barat

Table of Contents

Iran Menangguhkan Kerja Sama dengan IAEA, Picu Ketegangan dengan Negara Barat


Keputusan Iran untuk menangguhkan kerja samanya dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), yang ditandatangani oleh Presiden Masoud Pezeshkian, telah meningkatkan ketegangan dengan negara-negara Barat. Amerika Serikat dan Eropa mengecam langkah ini. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, menyatakan penolakan keras atas keputusan tersebut, menekankan bahwa Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir. Jerman juga mengkritik langkah Iran, menyebutnya sebagai ancaman terhadap transparansi global.

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, membantah tudingan tersebut melalui platform X, menyebut pernyataan Jerman sebagai informasi yang salah dan menegaskan komitmen Iran pada Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan Perjanjian Pengamanannya. Araghchi menjelaskan bahwa penangguhan kerja sama dengan IAEA didasari alasan keamanan nasional, menyusul serangan yang dituduhkan kepada Israel dan AS terhadap fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan.

Serangan tersebut, yang disebut Presiden AS Donald Trump sebagai “penghancuran total”, dianggap oleh Israel sebagai tanggapan atas ancaman eksistensial yang ditimbulkan oleh program nuklir Iran. Iran sendiri bersikeras bahwa program nuklirnya semata-mata untuk tujuan energi damai, meskipun cadangan uranium yang diperkaya mendekati tingkat senjata menimbulkan kecurigaan potensi militerisasi program tersebut.

IAEA menyatakan menunggu informasi resmi dari Teheran terkait perubahan status kerja sama. Prospek negosiasi nuklir baru masih belum jelas, mengingat penolakan Iran terhadap tawaran Presiden Trump untuk melanjutkan diplomasi. Para analis memperingatkan bahwa tindakan AS dan Israel berpotensi mempercepat ambisi pengembangan senjata nuklir oleh elemen garis keras di Iran, meskipun Washington tetap berpegang pada strategi tekanan maksimum.

Posting Komentar